Jumat, 17 Mei 2013

DI SELEMBAR PUTIH BERSUDUT

Tatapku meredup.
Meraba tiap gelap yang terhirup.
Syairku berdetak hidup.
Seperti dongeng bersuara sayup.

Desahku mengalun.
Senandung hati menuntun.
Sorak dari sang embun.
Pekik bisu sang santun.
Dari tiap kedip kunang terbangun.

Kesepian ini tuli.
Jadi kenapa harus merasa sendiri.
Sunyi ini letih.
Jadi kuseret tiap serpih.

Kutimpakan menjadi satu.
Ketika gelap hanya tak terbaca.
Kupadukan tiap tuli dan bisu.
Kemudian berbahasa di ujung pena.

Puisiku dan kalbuku.
Syairku dan hatiku.
Laguku dan gerak jiwaku.
Dan semua mengubur tiap sepiku diselembar putih bersudut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar